Seri 3 - Aplikasi Syaja’ah dalam Kehidupan Modern: Antara Prinsip, Tekanan, dan Tanggung Jawab Sosial
Seri 3 - Aplikasi Syaja’ah dalam Kehidupan Modern: Antara Prinsip, Tekanan, dan Tanggung Jawab Sosial
Setelah memahami syaja’ah dari sisi konseptual (Seri 1) dan pengukurannya secara akademis-integratif (Seri 2), tiba saatnya kita menjawab pertanyaan praktis: Bagaimana syaja’ah diwujudkan dalam realitas kontemporer? Di tengah arus disinformasi, tekanan sosial, dan godaan pragmatisme, keberanian yang terukur dan bijaksana bukan lagi pilihan—melainkan kebutuhan spiritual dan sosial.
1. Syaja’ah dalam Kepemimpinan: Berani Adil, Bukan Sekadar Populer
Dalam konteks kepemimpinan—baik politik, organisasi, maupun komunitas—syaja’ah teruji ketika seorang pemimpin harus memilih antara keputusan yang populer dan keputusan yang benar. Imam al-Mawardi dalam Adab al-Dunya wa al-Din menegaskan bahwa pemimpin yang mulia adalah yang “tidak takut mencela kezaliman”, meski datang dari keluarga atau kelompoknya sendiri.
Contoh historis yang relevan hingga kini: K.H. Hasyim Asy’ari, yang berani mengeluarkan fatwa jihad demi kemerdekaan tanpa kehilangan prinsip persatuan, dan Nyai Ahmad Dahlan, yang berani melawan norma patriarki demi membebaskan perempuan melalui pendidikan. Keduanya menunjukkan syaja’ah nafsiyah dan harbiyah yang terukur—tegas terhadap kezaliman, namun tetap berakhlak dan berhikmah dalam menyampaikan kebenaran.
2. Syaja’ah di Dunia Digital: Keberanian Tidak Ikut Arus
Ruang digital hari ini penuh dengan tekanan konformitas: ikut menyebarkan hoaks karena “semua orang melakukannya”, atau diam ketika melihat ujaran kebencian demi “menjaga relasi”. Di sinilah syaja’ah nafsiyah sangat diperlukan.
Keberanian digital mencakup:
- Menghapus unggahan provokatif meski sudah viral,
- Menulis klarifikasi di tengah hoaks massal,
- Memilih tidak berkomentar ketika emosi memuncak—sebagai bentuk “keberanian mengontrol lisan”.
Dalam perspektif Islam, ini adalah manifestasi dari sabda Nabi ﷺ: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Di sini, diam bukan pengecutan—tapi pilihan bijaksana berbasis hayâ’ (rasa malu kepada Allah).
3. Pendidikan Karakter: Menanamkan Syaja’ah Sejak Dini
Dalam buku Pendidikan Akhlak dalam Islam oleh Fitria Dwi Chahyani, dikemukakan bahwa syaja’ah dapat diajarkan melalui tiga pendekatan:
- Pemodelan (uswah hasanah): Guru atau orang tua menunjukkan keberanian mengakui kesalahan.
- Refleksi moral: Diskusi kasus etis seperti “Apa yang kamu lakukan jika melihat teman menyontek?”
- Latihan bertahap: Memberi tanggung jawab kecil yang membutuhkan kejujuran dan keberanian.
Ini selaras dengan pendekatan moral courage dalam psikologi Barat, tetapi diperkaya dengan dimensi spiritual: “Kamu berani jujur karena Allah melihatmu—bukan karena ingin dipuji guru.”
4. Aktivisme Sosial: Antara Keberanian dan Hikmah
Aktivis Muslim sering menghadapi dilema: bersikap keras demi prinsip, atau lunak demi strategi? Di sinilah syaja’ah harus dipadukan dengan hikmah (QS. An-Nahl: 125). Keberanian tanpa hikmah bisa melukai; hikmah tanpa keberanian bisa menjadi kompromi.
“Berani menentang ketidakadilan adalah wajib. Tapi cara menentangnya—dengan kata, protes damai, atau diam strategis—harus dipilih dengan hikmah.” — Integrasi prinsip Ibnu Qayyim dan panduan Al-Qur’an
Penutup: Syaja’ah sebagai Jihad Abadi
Dalam dunia yang penuh ambiguitas moral, syaja’ah bukanlah momen heroik sesekali, melainkan latihan harian: berani jujur pada diri sendiri, berani mengatakan “tidak” pada nafsu, dan berani memilih kebenaran meski sendirian. Inilah bentuk jihad al-nafs yang terus-menerus.
Pada Seri 4, kita akan mengeksplorasi tantangan internal dalam memupuk syaja’ah: rasa takut, keraguan diri, dan pengaruh lingkungan—serta bagaimana tradisi tasawuf dan psikologi positif menawarkan solusi yang saling melengkapi.
Seri Syaja’ah (Keberanian) dalam Perspektif Islam
- Seri 1 - Syaja’ah: Keberanian yang Terukur dan Bijaksana dalam Perspektif Islam
- Seri 2 - Mengukur Syaja’ah: Menuju Skala Psikologis Islami yang Terintegrasi
- Seri 3 - Aplikasi Syaja’ah dalam Kehidupan Modern: Antara Prinsip, Tekanan, dan Tanggung Jawab Sosial
- Seri 4 - Menghadapi Bayangan dalam Diri: Tantangan Internal dalam Memupuk Syaja’ah
- Seri 5 - Panduan Harian Memupuk Syaja’ah: Latihan, Doa, dan Refleksi Moral
Sumber: persadani.org