Seri 2 - Mengukur Syaja’ah: Menuju Skala Psikologis Islami yang Terintegrasi
Pada Seri 1, kita telah memahami bahwa syaja’ah dalam Islam bukan sekadar keberanian fisik, melainkan keberanian yang terukur, terarah, dan bijaksana—berakar pada iman, akhlak, dan keadilan. Pertanyaan selanjutnya: Bagaimana kita bisa mengukur syaja’ah secara ilmiah tanpa kehilangan esensi spiritualnya? Di sinilah integrasi antara psikologi Barat dan psikologi Islam menawarkan jalan tengah yang produktif.
Moral Courage dalam Psikologi Barat: Titik Awal Pengukuran
Dalam psikologi kontemporer, konstruk “moral courage” telah diukur melalui instrumen seperti Moral Courage Scale (MCS) yang dikembangkan oleh Sekerka dan Bagozzi (2006). Skala ini menilai sejauh mana seseorang:
- Bersedia menentang tekanan kelompok demi prinsip,
- Mengambil risiko demi keadilan,
- Bertindak konsisten meski tidak diawasi.
Moral courage juga dikaitkan dengan phronesis (kebijaksanaan praktis) dari Aristoteles—yaitu kemampuan mengambil keputusan etis dalam konteks nyata. Namun, pendekatan ini cenderung netral secara spiritual, berakar pada rasionalitas dan nilai universal, bukan wahyu Ilahi.
Syaja’ah dalam Psikologi Islam: Dimensi Spiritual yang Tak Terukur Secara Konvensional
Sebaliknya, dalam tradisi Islam, syaja’ah tidak bisa dilepaskan dari tiga pilar spiritual: taqwa, yaqin, dan tawakal. Seorang yang “berani” menurut Islam bukan sekadar berani menentang atasan korup, tetapi juga berani meninggalkan dosa ketika sendirian—karena ia merasa dilihat Allah.
Dr. Sahri dalam Mutiara Akhlak Tasawuf menekankan bahwa syaja’ah yang autentik selalu diuji dalam dua konteks: di hadapan manusia (misalnya, menyuarakan kebenaran di forum publik) dan di hadapan diri sendiri (menolak bisikan nafsu dalam kesunyian).
“Orang yang paling berani bukan yang menang dalam perang, tetapi yang menang melawan hawa nafsunya.” — Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Madarijus Salikin
Integrasi: Membangun Skala Syaja’ah Islami
Untuk mengukur syaja’ah secara akademis namun tetap Islami, kita bisa mengembangkan model hibrida dengan tiga dimensi utama:
| Dimensi | Indikator Barat | Indikator Islam |
|---|---|---|
| Kognitif | Pertimbangan etis, kebijaksanaan praktis | Pemahaman syariat, kejelasan haq vs. batil |
| Afektif | Manajemen rasa takut, empati | Taqwa, rasa malu kepada Allah (hayâ’) |
| Konatif | Tindakan berisiko demi prinsip | Amr bil ma’ruf, nahi ‘anil munkar, jihad nafs |
Dengan pendekatan ini, respons terhadap pernyataan seperti “Saya akan melaporkan korupsi meski itu merugikan karier saya” tidak hanya dinilai dari segi keberanian sosial, tetapi juga dari motivasi spiritual di baliknya: apakah demi Allah atau demi pujian?
Tantangan dan Prospek
Mengintegrasikan dimensi spiritual ke dalam instrumen psikometrik memang menantang—karena niat dan yaqin bersifat transenden. Namun, dengan menggunakan pendekatan mixed-method (kombinasi kuesioner dan wawancara reflektif), serta mengadopsi prinsip maqasid al-syariah (tujuan syariat), pengukuran ini menjadi mungkin.
Di masa depan, skala Syaja’ah Islami dapat digunakan dalam:
- Pendidikan karakter di pesantren dan sekolah Islam,
- Seleksi pemimpin berintegritas,
- Intervensi klinis berbasis spiritualitas untuk mengatasi kecemasan moral.
Penutup: Antara Ilmu dan Iman
Mengukur syaja’ah bukan berarti mereduksinya menjadi angka, melainkan memahaminya secara utuh—sebagai pertemuan antara akal yang jernih dan hati yang bercahaya. Psikologi Barat memberi alat; Islam memberi arah dan jiwa.
Pada Seri 3, kita akan mengeksplorasi aplikasi praktis syaja’ah dalam konteks modern: kepemimpinan, aktivisme sosial, pendidikan, dan kehidupan digital—dengan studi kasus dari tokoh Muslim kontemporer yang menunjukkan keberanian bijaksana di tengah tekanan zaman.
Seri Syaja’ah (Keberanian) dalam Perspektif Islam
- Seri 1 - Syaja’ah: Keberanian yang Terukur dan Bijaksana dalam Perspektif Islam
- Seri 2 - Mengukur Syaja’ah: Menuju Skala Psikologis Islami yang Terintegrasi
- Seri 3 - Aplikasi Syaja’ah dalam Kehidupan Modern: Antara Prinsip, Tekanan, dan Tanggung Jawab Sosial
- Seri 4 - Menghadapi Bayangan dalam Diri: Tantangan Internal dalam Memupuk Syaja’ah
- Seri 5 - Panduan Harian Memupuk Syaja’ah: Latihan, Doa, dan Refleksi Moral
Sumber: persadani.org