Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2025

Sinergi Stoikisme dan Spiritualitas al-Ghazali di Zaman Modern

Menuju Transformasi Diri yang Utuh: Sinergi Stoikisme dan Spiritualitas al-Ghazali di Zaman Modern Di era yang ditandai oleh percepatan informasi, tekanan eksistensial, dan krisis makna, manusia modern sering kali terjebak di antara dua kebutuhan yang tampaknya bertentangan: kejernihan pikiran dan kedalaman jiwa . Di satu sisi, dunia menuntut ketangguhan mental, kemampuan berpikir rasional, dan ketahanan emosional. Di sisi lain, batin manusia merindukan ketenangan, tujuan transenden, dan keutuhan moral. Menjawab dualitas ini, dua warisan intelektual besar— Stoikisme dari tradisi Yunani-Romawi dan spiritualitas transformasional Imam Al-Ghazali dari dunia Islam klasik —menawarkan jalan yang tidak hanya selaras, tetapi saling melengkapi. Perpaduan kedua pendekatan ini— Stoik dalam ketangguhan rasional, Ghazali dalam pembersihan spiritual —bukan sekadar sintesis akademis, melainkan fondasi praktis untuk transformasi diri yang utuh di zaman modern . Stoikisme: Benteng Akal di Tengah B...

BENTENG RUHANI: Bagaimana Islam Melindungi Lo dari Jerat Kecanduan Drama

BENTENG RUHANI: Bagaimana Islam Melindungi Lo dari Jerat Kecanduan Drama PRINSIP PERTAMA — Konsep Waktu dalam Islam: Setiap Detik Lo Akan Dipertanggungjawabkan Hadits yang Menohok Rasulullah ﷺ bersabda:  لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ: عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ مَا فَعَلَ بِهِ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلَاهُ "Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya tentang: umurnya untuk apa dihabiskan, ilmunya untuk apa diamalkan, hartanya dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan, serta tubuhnya untuk apa digunakan." (HR. Tirmidzi) Coba lo baca lagi pelan-pelan. "Umurnya untuk apa dihabiskan." Sekarang lo balik ke realitas lo: - 6 jam sehari nonton drama = 42 jam seminggu = 168 jam sebulan - Itu setara dengan 7 hari penuh tanpa tidur yang lo habiskan cuma buat nonton. Dan suatu ha...

Cara Cabut dari Jerat Drama Tanpa Merasa Hidup Lo Hambar

DETOKSIFIKASI: Cara Cabut dari Jerat Drama Tanpa Merasa Hidup Lo Hambar SOLUSI 1 — Akui Dulu: Lo Emang Kecanduan, dan Itu Nggak Memalukan Ini langkah paling penting, tapi paling sering dilewatin. Lo nggak bisa keluar dari lubang kalau lo masih ngeyakinin diri lo nggak jatuh. Berhenti bilang: "Gue cuma suka nonton aja kok." "Gue masih bisa kontrol." "Ini cuma hobi, kenapa sih?" Mulai jujur sama diri sendiri: "Gue kecanduan." "Gue kabur dari masalah lewat drama." "Gue udah ngorbanin waktu tidur, produktivitas, dan kehidupan nyata gue." Kenapa ini penting? Karena lo nggak bisa perang sama musuh yang lo nggak akuin keberadaannya. Dan dengar baik-baik: Ngaku kecanduan bukan berarti lo lemah. Itu artinya lo cukup berani buat ngadepin kenyataan. Itu artinya lo udah cape bohongin diri sendiri. Itu artinya lo siap berubah. Jadi langkah pertama: Tulis di notes HP lo, atau ucapin keras-keras: "Gue kecanduan dram...

APA KATA SAINS: Penelitian dan Pandangan Pakar Soal Kecanduan Drama

APA KATA SAINS: Penelitian dan Pandangan Pakar Soal Kecanduan Drama NEUROLOGI: Otak Lo Diretas oleh Cerita Bersambung Dr. Renee Carr, Psikolog Klinis Dr. Carr dari California menjelaskan bahwa menonton drama serial memicu pelepasan dopamin yang mirip dengan kecanduan obat-obatan. Begini cara kerjanya: Ketika lo nonton drama dan masuk ke dalam cerita, otak lo melepaskan dopamin —neurotransmitter yang bikin lo merasa senang dan puas. Tapi yang bikin bahaya: Otak lo nggak bisa bedain antara pengalaman nyata dan pengalaman yang lo tonton. Jadi waktu karakter lo jatuh cinta? Otak lo ngerasain jatuh cinta. Waktu karakter lo menang? Otak lo ngerasain kemenangan. Dan pas episode selesai dengan cliffhanger? Otak lo dalam kondisi "unfinished business"—nggak rela berhenti sampai cerita selesai. Ini disebut "Zeigarnik Effect" : otak manusia punya kecenderungan kuat untuk mengingat dan memikirkan sesuatu yang belum selesai lebih intensif dibanding yang udah selesai. M...

ANATOMI KECANDUAN: Bagaimana Drama Korea Merampok Waktu Hidup Lo

  TAHAP 1 — Jebakan Manis: Episode Pertama yang Dirancang Seperti Kokain Visual Lo pikir lo cuma "coba-coba nonton" satu episode? Salah besar. Episode pertama drama Korea itu dibikin kayak algoritma perangkap. Mereka tau persis kapan harus kasih lo: - karakter yang bikin lo penasaran - chemistry yang bikin lo gregetan - konflik yang belum selesai - cliffhanger yang bikin lo gatal Dan semua itu dikemas dalam 60 menit yang terasa kayak 20 menit. Kenapa? Karena otak lo lagi dibombardir dengan dopamin bertahap . Setiap 10 menit ada "hadiah kecil": tatapan mata, sentuhan tangan, rahasia terbongkar, musuh muncul. Lo nggak sadar, tapi otak lo udah mulai ngantri minta "hadiah berikutnya". Dan pas episode pertama selesai? Layar langsung kasih tombol "Next Episode" yang menyala. Di titik in...

Apa rahasia di balik kesuksesan para miliarder?

Gambar
15 Nasihat Orang Sukses yang Tak Bertentangan dengan Iman Kita Pernahkah Anda bertanya: “Apa rahasia di balik kesuksesan para miliarder?” Seorang content creator muda menghabiskan empat tahun mewawancarai lebih dari 30 miliarder—termasuk Will Smith, Mark Cuban, hingga pendiri LinkedIn. Dari ratusan jam percakapan, ia menyaring 15 pelajaran hidup paling berharga . Menariknya, banyak di antaranya selaras dengan nilai-nilai Islam yang kita pegang.   1. Filter Saran Orang “Jangan sampe kita minta saran bisnis sama orang yang gak punya bisnis. Itu konyol!” — Will Smith Rasulullah ﷺ bersabda: مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ “Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi) Pilih mentor yang benar-benar telah menempuh jalan yang ingin Anda lalui—baik dalam dunia maupun akhirat. 2. Branding Itu Kunci “Tergantung siapa yang kenal KITA.” — Robert Herjavec, Shark Tank Dalam I...

Fixed Mindset: Dosa Intelektual yang Melumpuhkan Umat

Mindset Bertumbuh dalam Cahaya Islam: Ketika Psikologi Bertemu Tauhid Pendahuluan: Dua Keyakinan yang Membentuk Takdir Carol Dweck, profesor psikologi Stanford, menghabiskan puluhan tahun meneliti satu pertanyaan sederhana: mengapa sebagian orang bangkit dari kegagalan, sementara yang lain menyerah? Jawabannya terletak pada mindset —keyakinan dasar tentang kemampuan diri. Namun bagi seorang Muslim, temuan ini bukan sekadar teori psikologi. Ia adalah cerminan dari prinsip spiritual yang telah Allah firmankan 14 abad lalu: إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra'd: 11) Mari kita telusuri bagaimana konsep growth mindset sejatinya adalah manifestasi dari iman yang hidup—dan bagaimana spiritualitas Islam m...

Mengurai Dampak Video Pendek pada Pikiran dan Jiwa

  Mengurai Dampak Video Pendek: Eksplorasi Mendalam atas Studi "Feeds, Feelings, and Focus" Merebaknya Fenomena Budaya "Scroll" Dalam beberapa tahun terakhir, lanskap digital telah diubah oleh kehadiran format video pendek (short-form video) yang sangat adiktif. Platform seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga saluran komunikasi, sumber berita, dan bagian dari identitas budaya, khususnya bagi generasi muda. Namun, di balik daya pikatnya yang menghibur, tersembunyi dampak yang lebih dalam dan kompleks terhadap kondisi psikologis dan kognitif penggunanya. Studi berjudul "Feeds, Feelings, and Focus: A Systematic Review and Meta-Analysis Examining the Cognitive and Mental Health Correlates of Short-Form Video Use" yang diterbitkan dalam jurnal prestisius Psychological Bulletin pada tahun 2024, hadir untuk menjawab kekhawatiran ini dengan bukti ilmiah yang komprehensif. Dilakukan oleh tim penel...

PUBLIKASI

  • Sedang memuat...

Arsip