10 “Penyakit Digital” yang Menggerogoti Hati: Waspada, Ini Bahayanya bagi Muslim!

Pernahkah kamu merasa hati gelisah setelah lama scroll media sosial?
Atau justru merasa iri, rendah diri, bahkan marah—hanya karena melihat unggahan orang lain yang “sempurna”?

Jika iya, mungkin bukan hanya lelah fisik yang kamu alami, tapi hatimu sedang “sakit”—bukan karena virus, melainkan karena paparan berlebihan terhadap dunia maya. Di era digital ini, media sosial memang sulit dihindari. Bahkan, banyak dari kita menggunakannya untuk dakwah, silaturahmi, atau mencari ilmu. Namun, jika tidak dijaga dengan kesadaran dan batasan syar’i, media sosial bisa menjadi pintu masuk bagi penyakit hati modern yang justru menjauhkan kita dari ketenangan jiwa dan ridha Allah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Sesungguhnya dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, ia adalah hati."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Maka, mari kenali 10 “penyakit digital” yang kini menghantui umat—dan bagaimana kita bisa menyembuhkannya dengan pendekatan Islam yang bijak.

 


1. Borderline Personality Disorder (BPD)

Sering merasa iri saat melihat saudara muslim lain tampil “lebih sukses” di medsos? Penderita BPD mudah merasa tersisih, kecewa berlebihan, bahkan menarik diri dari lingkungan. Ini mirip dengan hasad (dengki) yang dilarang dalam Islam—karena hasad adalah penyakit hati yang merusak amal.

2. Social Media Anxiety Disorder

Obsesi terhadap jumlah like, komentar, atau pengikut bisa membuatmu lupa: validasi sejati datang dari Allah, bukan dari notifikasi. Kecemasan ini mengganggu ketenangan hati—padahal Allah berfirman:

"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang." (QS. Ar-Ra’d: 28)

3. Kecanduan Media Sosial

Sulit tidur, malas shalat tepat waktu, atau lupa waktu karena terus menonton konten? Ini tanda ghaflah (kelalaian). Padahal waktu adalah amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban.

4. Munchausen Syndrome (Daring)

Mengarang cerita sedih demi simpati orang lain? Ini termasuk berbohong, yang dalam Islam sangat dilarang. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Cukuplah seseorang dianggap dusta jika ia menceritakan segala sesuatu yang didengarnya." (HR. Muslim)

5. OCD Digital (Obsesi Tampil Sempurna)

Menghabiskan berjam-jam mengedit foto agar terlihat “sempurna”? Ini bisa menjadi bentuk riya’—ingin dipuji manusia, bukan ikhlas karena Allah. Ingatlah: keindahan sejati ada pada akhlak, bukan filter.

6. Internet Asperger Syndrome

Sopan di dunia nyata, tapi kasar dan menyakiti di kolom komentar? Ini bertentangan dengan akhlak Islam. Nabi ﷺ bersabda:

"Seorang mukmin sejati adalah yang orang lain merasa aman dari gangguan lidah dan tangannya." (HR. Tirmidzi)

7. FoMO (Fear of Missing Out)

Takut ketinggalan tren sampai gelisah jika tidak online? Ini menunjukkan kurangnya tawakal. Padahal, segala rezeki dan takdir sudah diatur oleh Allah.

8. Narcissistic Personality Disorder (NPD)

Suka pamer pencapaian, harta, atau ibadah di medsos? Waspadalah! Ini bisa termasuk ujub (takjub pada diri sendiri), yang bisa menghapus pahala. Nabi ﷺ mengingatkan:

"Tiga hal yang membinasakan: kikir yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ujub terhadap diri sendiri." (HR. Thabrani)

9. Voyeurism Digital (Stalking Online)

Mengintip, menghakimi, atau membicarakan kehidupan orang lain di balik layar? Ini termasuk ghibah (menggunjing), yang Allah gambarkan seperti memakan daging saudaramu sendiri (QS. Al-Hujurat: 12).

10. Low Frustration Tolerance

Rela membahayakan diri demi konten viral? Ini bentuk putus asa, padahal Allah berfirman:

"Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah." (QS. Az-Zumar: 53)


Penyembuhan dengan Pendekatan Islam

  1. Puasa Media Sosial
    Seperti puasa Ramadhan yang membersihkan jiwa, cobalah “puasa digital” seminggu sekali—ganti waktu scroll dengan tilawah, dzikir, atau silaturahmi langsung.

  2. Niat yang Tulus
    Gunakan medsos hanya untuk ta’awun dalam kebaikan, bukan untuk pamer atau mencari pujian.

  3. Perbanyak Istighfar & Dzikir
    Penyakit hati butuh obat ruhani. Perbanyak istighfar, shalawat, dan dzikir pagi-petang agar hati tetap terjaga.

    1. Evaluasi Diri (Muhasabah)
      Tanyakan pada diri sendiri: “Apakah unggahanku bermanfaat? Apakah waktuku di medsos mendekatkanku pada Allah atau menjauhkanku?”

  4. Batasi dengan Syariat
    Jangan ikuti konten yang memicu fitnah, iri, atau dosa. Ingat: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari)


Referensi


Penutup:
Media sosial bukan musuh—tapi cermin. Ia memantulkan apa yang ada di dalam hati kita. Maka, jangan biarkan layar kecil itu menggerogoti imanmu. Jagalah hati, karena di sanalah Allah menatapmu.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Artikel Populer

Apa rahasia di balik kesuksesan para miliarder?

ANATOMI KECANDUAN: Bagaimana Drama Korea Merampok Waktu Hidup Lo

Sabar yang Hidup – Bukan Pasif, Tapi Penuh Daya

PUBLIKASI

  • Sedang memuat...

Arsip