“Mewujudkan masyarakat yang harmonis, inklusif, dan bebas dari paham radikal melalui pendekatan persaudaraan, edukasi, dan kolaborasi.” #SalamGayengPersaudaraan

Dari Ujub ke Tawadhu': Sebuah Journey dengan Panduan Atomic Habits

Dalam sudut hati kita, seringkali bersemayam perasaan bangga yang halus namun berbahaya: Ujub. Dalam perspektif Islam, sifat ini adalah penyakit hati yang dapat memutus pahala amal, sementara psikologi modern mengenalinya sebagai self-serving bias yang menghambat perkembangan diri.

Lantas, bagaimana cara membongkar sifat yang begitu akar dalam diri ini? Artikel ini akan mengajak Anda menyelami konsep Ujub dari dua lensa—spiritual dan saintifik—lalu menawarkan solusi revolusioner dengan pendekatan Atomic Habits.

Temukan bagaimana prinsip "membuat jelas, menarik, mudah, dan memuaskan" dapat menjadi senjata ampuh untuk mengikis keangkuhan dan membangun identitas baru sebagai pribadi yang rendah hati, langkah kecil demi langkah.

image @detik.net.id

 

📖 Ujub dalam Perspektif Islam: Bukan Sekadar Bangga Biasa

Dalam Islam, Ujub bukanlah sekadar perasaan bangga yang wajar. Ia adalah penyakit hati yang halus dan berbahaya.

1. Pengertian dan Bahayanya

  • Definisi: Ujub adalah merasa kagum pada diri sendiri, mengagumi prestasi, kecerdasan, penampilan, atau amal ibadah sendiri, hingga lupa bahwa semua itu adalah nikmat dan karunia Allah SWT.

  • Bibit Kesombongan (Kibr): Ujub adalah gerbang menuju kesombongan. Jika ujub diarahkan kepada orang lain dan disertai perasaan lebih tinggi, itulah kibr.

  • Pemutus Amal: Rasulullah SAW bersabda, "Tiga hal yang membinasakan: ... dan kekaguman seseorang terhadap dirinya sendiri." (HR. Bukhari). Ujub dapat menghapus pahala amal shaleh karena merusak keikhlasan.

2. Akar dan Manifestasi Ujub

  • Lupa pada Sumber Segala Nikmat: Lupa bahwa semua kemampuan, kesempatan, dan keberhasilan berasal dari Allah. (QS. An-Najm: 39-42).

  • Merasa Paling Berjasa: Dalam kerja tim, ia merasa dialah yang paling berperan. Dalam beribadah, ia merasa dialah yang paling khusyuk.

  • Menganggap Remeh Orang Lain: Karena merasa diri sudah cukup baik, ia memandang rendah kekurangan dan kesalahan orang lain.


🧠 Ujub dalam Perspektif Psikologi Modern

Psikologi modern tidak menggunakan istilah "dosa", tetapi menggambarkan ujub sebagai sekumpulan bias kognitif dan pola pikir yang tidak sehat:

  1. Self-Serving Bias: Sebuah kecenderungan untuk mengaitkan kesuksesan pada faktor internal (usaha, kecerdasan diri sendiri) dan kegagalan pada faktor eksternal (nasib buruk, orang lain). Ini adalah definisi psikologis dari ujub.

  2. Narcissistic Tendencies: Ujub adalah bentuk ringan dari narsisme, yaitu rasa kagum berlebihan pada diri sendiri yang butuh pengakuan terus-menerus.

  3. Overconfidence Effect: Percaya bahwa kemampuan diri sendiri lebih baik dari kenyataan, yang dapat menyebabkan kegagalan dalam mengambil keputusan.

  4. Penghambat Pertumbuhan (Fixed Mindset): Orang yang ujub merasa dirinya sudah "cukup baik", sehingga berhenti belajar dan berkembang (fixed mindset), berbeda dengan growth mindset yang selalu ingin memperbaiki diri.


🔄 Menghilangkan Ujub dengan Framework "Atomic Habits"

Prinsip inti Atomic Habits adalah: ubah sistem dan identitas, jangan fokus pada tujuan. Untuk melawan ujub, kita tidak hanya menekan perasaan bangga, tetapi membangun kebiasaan dan identitas baru yang meruntuhkannya dari dasar.

James Clear mengemukakan 4 Hukum untuk membangun kebiasaan baik. Kita akan membaliknya untuk memecahkan kebiasaan ujub:

1. Buat Jelas (Make It Obvious) → Buat Ujub Tidak Jelas

  • Aplikasi: Kenali pemicu ujub Anda. Apakah setelah dipuji? Setelah menyelesaikan proyek? Setelah ibadah yang khusyuk?

  • Tindakan Atomic:

    • Buat "Catatan Pemicu Ujub": Bawa buku kecil (atau note di HP). Setiap kali merasa ujub, catat situasinya: "Apa yang baru saja terjadi? Apa yang saya pikirkan?" Ini meningkatkan kesadaran.

    • Implementasi Intensi: Buat rencana: "SETIAP saya menyelesaikan sebuah tugas/ibadah, saya AKAN segera mengucap 'Alhamdulillah, segala puji hanya bagi-Mu, ya Allah'." Kebiasaan kecil ini membuat nikmat Allah menjadi jelas, bukan diri sendiri.

2. Buat Menarik (Make It Attractive) → Buat Kerendahan Hati Menarik

  • Aplikasi: Pasangkan kebiasaan merendahkan hati dengan sesuatu yang Anda sukai. Ubah paradigma bahwa rendah hati itu "lemah" menjadi "kuat".

  • Tindakan Atomic:

    • Gabungkan Kebiasaan (Habit Stacking): "SETELAH saya shalat Shubuh (kebiasaan yang ada), saya AKAN membaca satu kisah tentang tawadhu' Nabi SAW atau ulama (kebiasaan baru)." Membaca kisah ketawadhuan membuat sifat itu terasa menarik dan mulia.

    • Rekayasa Lingkungan: Tempelkan quote Qur'an seperti "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong..." (QS. Al-Isra': 37) di meja kerja. Lingkungan visual mengingatkan kita.

3. Buat Mudah (Make It Easy) → Buat Bersyukur dan Introspeksi Menjadi Mudah

  • Aplikasi: Kurangi gesekan untuk melakukan kebiasaan rendah hati. Jangan menunggu "momen besar" untuk bersyukur.

  • Tindakan Atomic:

    • Prinsip 2 Menit: Lakukan kebiasaan syukur yang bisa dilakukan dalam 2 menit.

      • "Setiap naik kendaraan, saya akan ucapkan 'Subhanalladzi sakhkhara lana hadza' (Maha Suci Allah yang telah menundukkan ini bagi kami)."

      • "Sebelum tidur, saya akan tanya diri sendiri: 'Dosa apa yang kuperoleh hari ini? Ilmu apa yang kudapat?'" (Introspeksi).

    • Sediakan "Jurnal Syukur & Introspeksi" di samping tempat tidur. Buka dan isi satu baris saja setiap malam.

4. Buat Memuaskan (Make It Satisfying) → Buat Kerendahan Hati Memuaskan

  • Aplikasi: Kita mengulangi apa yang memberi kita kepuasan. Temukan hadiah langsung dari sikap rendah hati.

  • Tindakan Atomic:

    • Lacak Kebiasaan (Habit Tracker): Buat checklist sederhana: "Hari ini saya mengucap syukur >5x", "Hari ini saya tidak membanggakan diri di media sosial". Centang setiap berhasil. Melihat progres visual itu memuaskan.

    • Refleksi Ketenangan: Setelah berhasil menahan ujub dan menggantinya dengan syukur, renungkan perasaan Anda. Biasanya akan ada ketenangan batin yang dalam, tidak ada beban untuk "tampil". Ketenangan ini adalah hadiahnya. Dengan waktu, otak akan mengasosiasikan rendah hati dengan kepuasan sejati.

🎯 Kesimpulan Integrasi

  • Islam memberikan "MENGAPA" yang mendalam: Ujub merusak hubungan dengan Allah dan sesama, serta memutus pahala.

  • Psikologi memberikan "APA" yang terjadi di pikiran: Ujub adalah bias kognitif yang menghambat pertumbuhan.

  • Atomic Habits memberikan "BAGAIMANA" yang praktis: Sebuah sistem bertahap untuk membongkar kebiasaan ujub dan membangun identitas baru sebagai hamba yang selalu bersyukur dan rendah hati (tawadhu').

Dengan pendekatan ini, memerangi ujub bukan lagi soal menahan perasaan sesaat, tetapi tentang merancang hidup dan lingkungan yang secara otomatis mengingatkan kita pada Allah dan membentuk karakter tawadhu' setiap hari, sedikit demi sedikit.

Komentar

Artikel Populer

Bersama Mewujudkan Perubahan

Growth Mindset dalam Perspektif Islam: Belajar dari Carol Dweck, Imam Al-Ghazali, dan Ibnu Qayyim

Neuroplastisitas: Bukti Ilmiah Bahwa Pikiran Dapat Mengubah Otak — dan Iman Dapat Menguatkannya