Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2025

Mantan Napiter ke Ketua RW: Sri Puji dan Seni Memetik Cahaya dari Masa Lalu yang Kelam

Gambar
Foto: Sri Pujimulyo Siswanto (dua dari kiri).(Eka Setiawan)   Di sebuah permukiman padat di Semarang , Sri Puji Mulyo Siswanto membuktikan bahwa sebuah masa kelam bukanlah akhir dari segalanya. Sosok yang pernah terlibat dalam jaringan terorisme itu justru kini ditunjuk oleh kepercayaan warga untuk memimpin mereka sebagai Ketua RW XI . Sebuah lompatan keyakinan yang langka, di mana masa lalu yang kelam berubah menjadi modal untuk membangun masa depan. Pada sebuah pemilihan yang bersejarah, 19 Januari 2025, Puji meraih kemenangan telak. Dukungan 175 suara dari 306 warga menjadi bukti nyata bahwa mereka memilih berdasarkan kinerja dan integritasnya yang sekarang, bukan bayangan masa lalunya. Pelantikannya pada 31 Januari 2025 berlangsung lancar, diwarnai bukan oleh kecurigaan, melainkan oleh semangat penerimaan dan harapan akan kepemimpinan barunya. Jejak Kelam dan Proses Penyadaran Dua puluh tahun silam, kehidupan Puji berjalan pada rel yang berbeda. Ia pernah memai...

Sebuah Langkah Nyata Rekonsiliasi: 20 Mantan Napiter Raih Rekor MURI dalam Upaya Deradikalisasi di Universitas Semarang

Gambar
    Semarang ( 9/11/2023 ) - Sebanyak 20 mantan narapidana terorisme (napiter) menorehkan sejarah baru dengan meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Rekor ini dicapai dalam Seminar Nasional "Pencegahan Paham Radikalisasi Bagi Mahasiswa Indonesia Menuju Generasi Emas 2045" yang digelar di Universitas Semarang (USM). Kehadiran para mantan napiter ini menjadi bukti nyata proses reintegrasi sosial yang berhasil. Mereka berbagi kisah tentang perjalanan hidup yang pernah tersesat dalam paham radikal, hingga akhirnya menemukan jalan pulang ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia . Seluruhnya merupakan hasil pembinaan deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang telah berhasil kembali ke masyarakat. Proses Penyadaran dari Dalam Penjara Salah satu mantan napiter, Sri Pujimulyo Siswanto , yang kini menjabat Ketua Yayasan Persadani , memaparkan pengalamannya. "Awal keterpaparan saya berawal dari lemahnya fondasi pendidika...

Refleksi Hari Kesaktian Pancasila: Menguatkan Jiwa Bangsa Melalui Persaudaraan, Edukasi, dan Kolaborasi

  Tanggal: 1 Oktober 2025 Setiap tanggal 1 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila . Bagi Yayasan Persadani , momentum ini bukan sekadar mengingat sejarah, tetapi lebih sebagai refleksi mendalam untuk menghidupkan kembali jiwa dan nilai-nilai Pancasila dalam tindakan nyata. "Kesaktian" Pancasila tidak terletak pada kekuatan magis, tetapi pada ketahanan, relevansi, dan kemampuannya sebagai perekat bangsa yang telah teruji oleh zaman. Kesaktian Pancasila di Tengah Tantangan Zaman Di era globalisasi dan disrupsi informasi seperti sekarang, tantangan terhadap Pancasila tidak lagi berupa pemberontakan bersenjata, tetapi lebih halus dan kompleks. Paham radikalisme , intoleransi , hoaks , dan erosi nilai-nilai kebangsaan adalah ancaman nyata yang dapat memecah belah persatuan kita. Oleh karena itu, "kesaktian" Pancasila harus kita buktikan dengan kemampuan kita merespons tantangan ini secara kolektif. Yayasan Persadani meyakini bahwa ...

Mewujudkan Masyarakat Bebas Paham Radikal: Dari Penangkalan ke Pemberdayaan

  Bebas dari paham radikal bukan hanya berarti tidak adanya aksi teror atau kekerasan. Lebih dari itu, ini adalah tentang menciptakan ketahanan mental dan sosial masyarakat terhadap narasi-narasi ekstrem yang memecah belah . Pendekatannya bukan sekadar reaktif (deradikalisasi setelah terpapar), tetapi proaktif (prevensi/pencegahan) dengan membangun fondasi masyarakat yang sehat melalui persaudaraan, edukasi, dan kolaborasi. Paham radikal seringkali tumbuh subur dalam kondisi keterasingan sosial , ketidakpahaman agama yang komprehensif, dan ketiadaan ruang untuk berpartisipasi secara konstruktif . Tiga pilar Persadani ini secara langsung menangkal akar masalah tersebut. Peran Pendekatan Persadani dalam Menangkal Paham Radikal Berikut adalah penjabaran bagaimana ketiga pilar Persadani bekerja secara sinergis untuk membangun kekebalan masyarakat ( community immunity ) terhadap radikalisme. 1. Melalui Pendekatan PERSADARAAN (Ukhuwah): Menyembuhkan Luka Keterasingan Paham radikal...

Mewujudkan Masyarakat yang Inklusif: Dari Toleransi Pasif ke Partisipasi Aktif

  Masyarakat inklusif adalah masyarakat yang tidak hanya "mentolerir" perbedaan, tetapi secara aktif memastikan bahwa setiap individu dan kelompok, tanpa memandang latar belakang, kemampuan, status, atau keyakinannya, merasa diterima, dihargai, dan memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam seluruh aspek kehidupan sosial. Inklusivitas adalah langkah maju dari sekadar kerukunan. Jika harmonis adalah tentang "keadaan rukun", maka inklusif adalah tentang "proses aktif merangkul" . Peran Pendekatan Persadani dalam Mewujudkan Inklusivitas Berikut adalah penjabaran bagaimana ketiga pilar Persadani bekerja untuk mewujudkan masyarakat inklusif. 1. Melalui Pendekatan PERSADARAAN (Ukhuwah): Membangun Rasa "Kami" yang Meluas Pilar ini menciptakan landasan emosional bahwa setiap orang adalah bagian dari keluarga besar masyarakat. Memperluas Lingkaran Moral (Moral Circle): Aksi Nyata: Program-program yang mempertemuk...

Mewujudkan Masyarakat yang Harmonis: Lebih dari Sekadar Tidak Ada Konflik

  Masyarakat yang harmonis bukan hanya berarti tidak adanya pertikaian atau konflik terbuka. Konsep ini jauh lebih dalam dan dinamis. Masyarakat yang harmonis adalah sebuah ekosistem sosial di mana terdapat: Rasa Saling Percaya dan Pengertian: Anggota masyarakat saling percaya dan berusaha memahami perbedaan latar belakang, keyakinan, dan pendapat. Kohesi Sosial yang Kuat : Terdapat ikatan yang menyatukan masyarakat melampaui perbedaan suku, agama, ras, dan golongan (SARA). Komunikasi yang Sehat dan Konstruktif: Perbedaan pendapat diselesaikan dengan dialog, bukan dengan kekerasan atau caci maki. Rasa Aman dan Nyaman Bersama: Setiap individu merasa aman untuk menjalankan keyakinan dan tradisinya tanpa takut dihakimi atau diskriminasi. Gotong Royong dan Saling Menolong: Semangat untuk membantu dan meringankan beban sesama menjadi budaya yang hidup. Peran Pendekatan Persadani dalam Mewujudkan Keharmonisan Berikut adalah penjabaran bagaimana tiga pilar Persadani — Persaudaraan...